Pondok Pesantren ‘Wali Songo’ Ngabar

PROFIL PONDOK PESANTREN “WALI SONGO” NGABAR PONOROGO INDONESIA
“…menuju pesantren bertaraf internasional…”
A.     MUQODDIMAH
Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar adalah lembaga pendidikan islam yang memadukan tradisi kelilmuan modern dan tradisional dalam menghadapi tantangan masa depan global. Pesantren ini tidak hanya menekankan arah pendidikannya kepada aspek kecerdasan intelektual, tapi yang lebih penting adalah mengajarkan ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi al-din) dan pendidikan sikap mental (mental antitude) sebagai bekal mengabdi ditengah masyarakat. Tidak heran bila system pendidikannya yang dijalankan menyangkut totalitas kehidupan pesantren selama 24 jam penuh. Apa yang didengar, dilihat dan dirasakan di pondok ini semua bernilai pendidikan dan wawasan.
Semenjak didirikan oleh KH. Muhammad Thoyyib pada 04 April 1961, dan diwakafkan pada 08 Juli 1980 oleh KH. Ahmad Thoyyib dan KH. Ibrahim Thoyyib, Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar senantiasa berusaha memberikan kontribusi riel bagi kemajuan bangsa melalui pendidikan. Selama 50 tahun lebih, Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar terlibat secara aktif member warna dalam proses dan dinamika pembangunan masyarakat Indonesia. Tidak kurang 7100 alumni telah didedikasikan pesantren ini kepada masyarakat luas, yang datang dan tersebar diseluruh pelosok nusantara dengan segenap profesi dan bidang garapan. Diantara mereka ada yang berprofesi sebagai guru, dosen, wartawan, praktisi hokum, entrepreneur, bahkan politisi seperti DR. Hidayat Nur Wahid, MA., ketua MPR RI. Kesemuanya menunjukkan keteguhan visi dan keragaman dedikasi pengabdian Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar ditengah masyarakat.
B.      NAMA “WALI SONGO”
Nama lengkap lambaga ini adalah Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar. Tetapi sering juga disebut Pondok Ngabar. Nama “Wali Songo” ada kaitannya dengan tokoh-tokoh legendaries da’i-da’I pada zaman kerajaan Majapahit dan Demak dengan tokoh-tokohnya yaitu; Sunan Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga dan Sunan Gunungjati. Mereka sangat berjasa dalam penyiaran agama Islam di Indonesia, khususnya pulau Jawa. Mereka kemudian dianggap sebagai “Wali” dan bersama-sama disebut dengan Wali Songo (Sembilan orang wali).
Perjuangan para muballigh tersebut sangat berkesan dihati pendiri Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar, sehingga memberi nama “Wali Songo” kepada pondok pesantrennya. Pemberian nama itu didorong oleh dua hal; pertama, keinginan untuk mengingat jasa-jasa para wali dalam bidang da’wah Islamiyah di Indonesia. Kedua, keinginan untuk mewarisi sekaligus meneruskan semangat dan usaha mereka dalam menyebarluaskan agama Islam. Diharapkan santri-santri Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar kelak, setelah tamat, dapat mengemban amanah dakwah seperti yang telah dilakukan oleh Wali Songo.
Selain makna filosofis diatas, secara historis santri yang pertama kali datang berjumlah Sembilan orang berasal dari berbagai daerah pula. Mereka tersebut diantaranya adalah: Ahmad (Pacitan), Kawakib (Solo- ma’had as-Salam), Ahmad Nawawi (Banten), Muhammad Sulaeman (Riau), Sahan (Riau), Harun ar-Rasyid (Kalimantan), Aunur Rofiq (Makassar), Muhasim (Yogyakarta), dan Khomsani (Banten). Hal ini telah memberikan inspirasi kepada KH. Ibrahim Thoyyib untuk mengusulkan”Wali Songo” sebagai nama pondoknya. Usul itu dikemukakan dalam pidatonya pada pertemuan pembukaan dan perkenalan dengan santri-santri pertama Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar pada Tanggal 04 April 1961. Usul tersebut disetujui dan nama “Wali Songo” dipakai hingga sekarang.
C.      LATAR BELAKANG SEJARAH
Jauh sebelum berdirinya Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar, di desa Ngabar telah berdiri sebuah pondok pesantren kecil yang terletak di sebelah selatan kompleks pondok saat ini. Nama Pendirinya tidak diketahui dengan pasti karena sudah lama pesantren tersebut mati. Yang ada hanyalah peninggalannya, berupa sebuah musholla (surau) kecil dan sebuah bangunan tua bekas asrama santri. Nama Kyai yang diingat adalah Kyai Dawud. Setelah beliau meninggal, pesantrennya pun ikut mati karena keturunannya tidak ada yang meneruskan kelangsungannya.
Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar didirikan pada tanggal 04 April 1961 oleh KH. Muhammad Thoyyib dan dibantu oleh ketiga putranya yaitu KH. Ahmad Thoyyib, KH. Ibrahim Thoyyib dan KH. Ishaq Thoyyib. Cita-cita mendirikan pondok pesantren telah lama ada dibenak KH. Muhammad Thoyyib, dan telah dirintis jalan kearah realisasinya. Semenjak tahun 1920, beliau telah menjadi Kyai di Desa Ngabar, yang selain menjadi imam masjid juga mengajar mengaji al-Qur’an disuraunya yang dikenal dengan Langgar Blok Kidul (Surau Kelompok Selatan).
Pengajaran agama Islam saat itu mengalami tantangan keras dari masyarakat Ngabar yang terbiasa dengan perbuatan maksiat seperti judi dan minuman keras. Terdorong keinginan untuk menyebarluaskan agama dan menyadari beratnya tantangan masyarakat yang dihadapi. Maka timbullah fikiran KH. Muhammad Thoyyib untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang lebih terarah, sebagai langkah menyiapkan generasi Islam pada masa mendatang. Cita-cita itu mulai dilaksanakan pada tahun 1946 dengan mendirikan Madrasah Ibtidaiyah “Bustanul ‘Ulum al-Islamiyah” yang dipimpin oleh KH. Ahmad Thoyyib.
Dari model Madrasah Ibtidaiyah tersebut, kemudian dapat dikembangkan lembaga-lembaga lain. Pada tahun 1950 didirikanlah Taman Kanak-Kanak “Al-Manaar”, kemudian pada tahun 1958 didirikan “Tsanawiyah Lil Mu’allimin”, yang kemudian berkembang menjadi “Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah (TMI) dan Tarbiyatul Mu’allimat al-Islamiyah (TMt-I)”. sementara itu nama Madrasah Ibtidaiyah Bustanul ‘Ulum al-Islamiyah diganti menjadi “Mamba’ul Huda al-Islamiyah”.
Sampai saat itu, seluruh siswa yang nyantri berasal dari daerah sekitar Ngabar. Baru pada tahun 1961, datanglah Sembilan orang santri yang berasal dari daerah diluar Ponorogo yang dengan sendirinya memerlukan tempat tinggal. Kedatangan mereka membuka lembaran baru dengan didirikannya secara resmi Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar pada tanggal 04 April 1961.
D.     VISI
Menjadi Lembaga Pendidikan Islam bertaraf Internasional yang bertumpu kepada kemandirian, akuntabilitas dan jaminan mutu.
E.      MISI
1.      Membentuk kader umat yang berkwalitas, dengan menanamkan jiwa keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah islamiyah dan kebebasan.
2.      Mencetak kader umat yang bertaqwa, beramal shalih, berbudi luhur, berbadan sehat, berpengetahuan luas, berfikiran bebas, berjiwa wiraswasta dan cinta tanah air.
F.       PIMPINAN PONDOK
Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar saat ini dipimpin secara kolektif oleh tiga pimpinan “Tri Tunggal” yaitu: KH. Heru Saiful Anwar, MA., Drs. KH.Mohammad Ihsan, M.Ag., dan KH. Mohammad Tholhah,S.Ag.
G.     INSTITUSI KELEMBAGAAN
Lembaga-lembaga dalam lingkup Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar adalah:
1.      Majlisu Riyasyatil Ma’had (MRM); Lembaga tertinggi pondok yang bertanggung jawab atas jalannya pendidikan dan pengajaran pondok.
2.      Pimpinan Pondok; Pemegang pelaksana amanat Majlis.
3.       Yayasan Pemeliharaan dan Pengembangan Wakaf (YPPW-PPWS); sarana dan prasarana pondok
4.      Majlis Pembimbing Santri (MPS); Pembantu Pimpinan Pondok dalam pengasuhan santri.
5.      Keluarga Besar Alumni Pondok Pesantren “Wali Songo” (KBAPWS); wadah alumni dan simpatisan pondok.

H.     TINGKATAN AKADEMIK
1.      Tarbiyatul Athfal “Al-Manaar” (Pre School dan Taman Kanak-Kanak),
2.      Madrasah Ibtidaiyah “Manba’ul Huda” al-Islamiyah (setingkat SD, dan ada yang berasrama),
3.      Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah “TMI” (Setingkat SMP-MTs. Dan SMA-MA untuk putra dan berasrama),
4.      Tarbiyatul Mu’allimat al-Islamiyah “TMt-I” (Setingkat SMP-MTs. Dan SMA-MA untuk putri dan berasrama),
5.      Institut Agama Islam “Riyadlotul Mujahidin” (IAIRM) Fakultas Tarbiyah, Da’wah dan Syari’ah.

I.        EKSTRA KULIKULER
Kegiatan ekstra kurikuler diselenggarakan dalam wadah Organisasi Santri Wali Songo (OSWAS) yang dikelola dan diorganisir oleh santri dengan bimbingan langsung dari asatidz di Lembaga Pengasuhan santri (Majlis Pembimbing Santri “MPS”). Diantaranya adalah:
·         Denada (seni tari dan gambar)
·         Jami’atul Qura’ (tilawatil qur’an)
·         Pramuka
·         Muhadloroh (latihan berpidato)
·         Teater dan Drama
·        Musik (qosidah, marawis, hadroh kontemporer, kulintang dan band modern)
·         Drum band
·         Nasyid Syuhada’
·         Olahraga dan kesehatan lingkungan
·         Painting dan seni kaligrafi
J.        FASILITAS
Diantara fasilitas yang dimiliki pesantren adalah:
ü  Akomodasi santri dengan dengan daya tamping max. 2.000 orang
ü  Gedung pembelajaran yang representative
ü  Laboratorium kimia, fisika, biologi
ü  Pusat kajian bahasa
ü  Lembaga Pendidikan Komputer dan Internet
ü  Auditorium utama
ü  Gedung Pusat Usaha dan Bisnis Pesantren {Wali Songo Business Centre “WBC”)
ü  Unit-unit usaha ekonomi.
Demikian, informasi singkat tentang Pondok Pesantren “Wali Songo” Ngabar ini dibuat, semoga bermanfa’at.
<<>>

Leave a comment